Dari Merenung Jadi Pengusaha, Emang Bisa?
- Departemen Riset dan Kajian Budaya BEM GAMA FIB
- Aug 17, 2023
- 3 min read

Oleh: Emma Ketaren
Semua kemajuan penting yang dibuat oleh umat manusia berakar pada lamunan
- Eda Le Shan
Tulisan ini tentang Pak Rohman dan pabrik tahu miliknya yang sudah berdiri sekitar 10 tahun. Pabrik Tahu yang berasal dari lamunan kala lelah menyapa setelah keliling mengantar pesanan tahu pelanggannya.
Pada bulan Juli lalu, tim Riset dan Kajian Budaya melaksanakan program kerja sama dengan Departemen Sosial Kemasyarakatan dan Lingkungan yaitu Ngabdi ka Desa. Program ini berlangsung selama 14 hari dengan 35 partisipan yang merupakan bagian dari BEM Gama FIB kabinet Pramoedya. Ngabdi ka Desa tersebut berlangsung di desa Sukaratu, kecamatan Banyuresmi, Garut, Jawa Barat.
Salah satu tema yang diusung adalah Gali Budaya. Tema tersebut membawa langkah kami bertemu dengan Pak Rohman yang merupakan seorang pengusaha Tahu di desa Sukaratu. Menurut Koentjaraningrat, sistem mata pencaharian hidup merupakan salah satu dari 7 unsur kebudayaan. Oleh karena itu, kami melakukan riset mengenai Pabrik Tahu milik Pak Rohman sebagai aplikasi tema Gali Budaya.
Tepat pada hari senin tanggal 10 Juli 2023, kami mengunjungi pabrik tahu Pak Rohman. Dalam Kunjungan tersebut, kami mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Pak Rohman terkait asal mula dan perjalanan beliau sebagai pengusaha tahu pertama di desa Sukaratu.

Dokumentasi wawancara Pak Rohman
Pak Rohman dan Pabrik Tahu
"Awalnya saya bekerja sebagai pengantar Tahu dari rumah ke rumah. Suatu sore, saya melamun dan merenungkan hidup yang begini-begini saja. Saat itu saya berpikir untuk membuka usaha sendiri dengan modal yang gak begitu besar. Menyadari Tahu bisa dibuat dengan alat-alat sederhana, saya akhirnya memutuskan untuk membuka pabrik tahu sendiri. Awalnya gak mudah. Saya harus belajar cara buatnya dan butuh waktu setahun bagi saya sampai bisa menghasilkan tahu yang bagus. Selama 10 tahun berdiri, sudah banyak gagal dan berhasil yang saya lewati. Kadang suka gak nyangka, Neng, sudah 10 tahun dan alhamdulillah masih berjaya sampai sekarang."
Pak Rohman, Pabrik Tahu, dan Lika-Likunya
Merintis suatu usaha bukanlah hal yang mudah. Pak Rohman membutuhkan waktu satu tahun untuk belajar menghasilkan tahu yang layak untuk dipasarkan. Dalam setahun, banyak kegagalan yang didapat mulai dari tahu asam, lembek, hingga basi ketika sudah difermentasi semalaman. Awalnya beliau belajar secara otodidak melalui pengalamannya yang bekerja sebagai pengantar tahu milik salah satu pabrik tahu yang ada di Garut hingga melakukan riset melalui media internet. Namun, usaha tersebut belum cukup efektif sehingga akhirnya beliau meminta untuk diajari oleh kerabatnya yang juga merupakan seorang pengusaha Tahu.
Selama 10 tahun berdiri, kendala terbesar adalah ketika harga kacang kedelai di pasar mengalami inflasi yang cukup tinggi. Inflasi tersebut menyebabkan para buruh tahu yang masuk dalam Komunitas Tahu Tempe se-garut melakukan pemberhentian pembuatan tahu selama beberapa hari sampai harga kacang kedelai kembali normal. Kendala tersebut menyebabkan tidak ada pemasukan sepeser rupiah pun.
Pak Rohman, Pabrik Tahu, dan Keberhasilannya
Segala lika-liku yang dilalui tersebutlah yang akhirnya membawa Pak Rohman dan Pabrik Tahu-nya mencapai keberhasilan yang didapatkan hingga saat ini. Segala jerih payah, tetesan keringat, dan air mata dibalas tuntas dengan eksistensi pabrik tersebut yang konsisten bertahan bertahun-tahun lamanya. Berawal dari diri sendiri hingga akhirnya memiliki belasan pegawai termasuk pengantar tahu door to door. Menghasilkan omset belasan hingga puluhan juta/bulan, yang dipicu oleh distribusi tahu Pak Rohman yang sampai ke luar kota, salah satunya adalah kota Bandung.
Fakta menariknya adalah pabrik tahu Pak Rohman yang merupakan pabrik tahu pertama di desa Sukaratu menjadi pelopor lahirnya 5 pabrik tahu di desa tersebut. 5 Pabrik Tahu tersebut didirikan oleh mantan pegawai Pak Rohman yang ingin mandiri dan uniknya didukung penuh oleh Pak Rohman. Ketika kami tanya, “Loh, jadi saingan punya bapak, dong?” beliau menjawab dengan tersenyum, “Enggak, Neng. Di sini, distribusinya kita bagi sama rata, punya pelanggannya masing-masing, jadi gak ada istilah saingan. Kita mau maju bersama bukan musuh bersama. Toh, saya juga dimulai dari pegawai tahu, jadi saya senang-senang saja kalau pegawai saya mau maju melangkah seperti saya.”
Gimana, Buddies? menarik banget, kan?
From Kedelai to Tahu
1. Kacang kedelai direndam selama 3 jam

2. Setelah mengembang, kacang kedelai digiling hingga halus

3. Kacang kedelai dimasak hingga mendidih, kemudian disaring, dan dicampurkan cuka

4. Kemudian difermentasi semalaman hingga terbentuk menjadi tahu

Gimana, Buddies? Pak Rohman keren banget, kan?
Buddies juga bisa seperti Pak Rohman, asal lamunan dan renungannya diberikan aksi nyata :D
Departemen Riset dan Kajian Budaya
BEM Gama FIB Kabinet Pramoedya
2023
Comentarios