Moci: Tradisi Minum Teh Masyarakat Tegal Menggunakan Poci
- Departemen Riset dan Kajian Budaya BEM GAMA FIB
- Jul 14, 2023
- 3 min read
Oleh: Zakiyatul Fikriyah
Kenalan dengan Moci
Moci adalah salah satu tradisi budaya yang berkembang pada lingkungan masyarakat daerah Tegal, Jawa Tengah. Secara sederhana, Moci dapat diartikan sebagai kegiatan ngeteh bareng. Masyarakat Tegal mengenalnya sebagai tradisi menikmati teh menggunakan poci dan cangkir berbahan tanah liat. Namun, lebih dari itu, banyak makna, sejarah, dan filosofi yang terkandung di dalam Moci. Selanjutnya, mari kita ulas bersama hal tersebut di dalam artikel ini.

Sumber: Pinterest
Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Moci
Tradisi Moci di Tegal sudah berlangsung lama. Ada beberapa pendapat terkait awal mula terbentuknya tradisi Moci ini. Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Pande Made Kutanegara seperti dikutip dari Kompas (18/7/2010), menyatakan bahwa jauh sebelum tanaman teh datang ke Indonesia sekitar abad ke-17, Tegal sudah memiliki budaya minum teh yang berakar dari China. Pada saat itu, daerah pantai utara Jawa Tengah, termasuk Tegal, merupakan jalur perdagangan yang ramai karena Tegal memiliki pelabuhan besar. Sebelum ada tanaman teh di Indonesia, teh yang dikonsumsi di Tegal didatangkan langsung dari China.
Pendapat lain menyatakan, tradisi Moci muncul di tengah era peningkatan produksi gula dengan dibangunnya sejumlah pabrik gula di Brebes, Tegal, Pemalang dan Pekalongan tahun 1910. Adanya pabrik gula tersebut mendorong pemerintah kolonial Belanda membangun pula bengkel suku cadang di Tegal, yakni NV Braat dan NV Brenger & CO yang pada akhirnya melahirkan perajin-perajin logam yang tangguh di Tegal. Pada era itulah, orang-orang Belanda terbiasa minum teh bersama kerabatnya pada sore hari di halaman rumahnya. Tradisi ini lalu berkembang di luar tembok rumah juragan gula itu.
Ada lagi yang mengatakan, hadirnya pabrik-pabrik teh di Tegal sejak tahun 1930-an telah menciptakan suatu tradisi masyarakat untuk gemar minum teh. Lalu, diciptakanlah sarana untuk itu melalui gaya minum poci. Selain itu, tradisi moci ini juga merupakan simbol dari hubungan saling mendukung antara pabrik teh dan gula yang sudah ada sejak zaman Belanda di Tegal.
Di era modern ini, tradisi Moci masih eksis di masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kedai teh yang menawarkan sajian Moci di pinggiran jalan daerah Tegal. Warga masyarakat pun banyak yang biasa menyuguhkan sajian Moci di rumahnya ketika ada yang bertamu. Dalam perkembangannya, Moci juga tersebar ke beberapa daerah lain, seperti Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.
Cara Meracik Moci
Teh melati disuguhkan dengan sebuah poci (teko) yang terbuat dari tanah liat, kemudian dituangkan ke dalam cangkir dari tanah liat pula. Aroma teh melati akan terhirup ketika teh tersebut dituangkan. Untuk memberikan rasa manis, di dalam gelas juga ditaruh biang gula batu. Teh poci dalam tradisi Moci memiliki istilah Wagistel yang merupakan akronim dari wangi, panas, sepet, legi (manis) dan kentel (kental). Istilah itu disematkan karena teh poci biasa disuguhkan dengan suhu panas, wangi bunga melati, rasa manis dan warna hitam pekat. Ada yang unik lagi dari tradisi Moci masyarakat Tegal ini, yaitu poci yang digunakan untuk mewadahi teh tidak dicuci, tetapi hanya dibuang sisa teh yang sebelumnya saja. Hal itu dilakukan karena mereka percaya kerak sisa teh sebelumnya akan menambah cita rasa dan aroma teh poci menjadi lebih nikmat.
Nilai Kehidupan dalam Moci
Masyarakat Tegal memberikan makna tersirat pada tradisi Moci ini. Salah satunya adalah bahwa Moci menjadi tanda solidaritas yang kuat di antara masyarakat.
Bagaimana bisa? Hal ini terjadi karena ketika mereka berada dalam kegiatan tersebut –Moci, mereka sudah seperti saudara sendiri. Obrolan yang mengalir pun sudah tidak lagi canggung. Selain itu, salah seorang sejarawan Pantura, Wijanarto, mengatakan bahwa tradisi Moci menjadi lambang egaliter (kesetaraan) di tengah kehidupan masyarakat Tegal. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan kasta ketika mereka meminum teh dengan poci. Kemudian ketika menikmatinya pun tidak dengan duduk menggunakan kursi, tetapi sudah lesehan menggunakan tikar.
Anak Muda dan Budaya
Sebagai manusia yang menjadi pewaris, anak muda diharapkan dapat melestarikan budaya yang ada. Budaya akan berkembang dan tetap terjaga keberadaanya ketika terus dilakukan dan diingat oleh para pemuda bangsa. Maka dari itu, ayo kita bersama-sama menjaga kelestarian dan eksistensi budaya di Indonesia, salah satunya adalah budaya Moci.
_____________________________
Departemen Riset dan Kajian Budaya
BEM Gama FIB Kabinet Pramoedya
2023
Referensi:
Achmad, F. B. (2020, February 24). Kenalkan Tradisi Moci di Tegal, Simbol Kesetaraan Nyong dan Koen - Tribunjateng.com. Tribun Jateng. Retrieved July 4, 2023, from https://jateng.tribunnews.com/2020/02/24/kenalkan-tradisi-moci-di-tegal-simbol-kesetaraan-nyong-dan-koen
Kuswara, E. (2022, March 1). Teh Poci dan Tradisi Moci di Tegal. Koropak. Retrieved July 4, 2023, from https://www.koropak.co.id/17666/teh-poci-dan-tradisi-moci-di-tegal
Putra, P. A. (2022, February 26). Tradisi Moci di Negara Poci, Ngeteh ala Wong Tegal. INews Jateng. Retrieved July 4, 2023, from https://jateng.inews.id/berita/tradisi-moci-di-negara-poci-ngeteh-ala-wong-tegal
Kommentare