Riset Terolah untuk Konten Terarah
- Departemen Riset dan Kajian Budaya BEM GAMA FIB
- May 29, 2023
- 3 min read

Oleh: Zakiyatul Fikriyah
Manusia butuh makan untuk hidup, lalu apa yang dibutuhkan pikiran untuk terus berkembang?
Tulisan ini adalah jawabannya!
Sebagai pusat inti jiwa dan raga manusia, akal pikiran haruslah diberi asupan agar berkembang dan tidak stuck. Salah satu asupan yang dibutuhkan olehnya adalah riset. Menurut KBBI, riset atau penelitian adalah penyelidikan masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik. Tentu saja hal ini bisa kita manfaatkan dalam pembuatan berbagai konten informatif dan komunikatif di media sosial, mengingat sekarang masyarakat sudah lebih mengandalkan dunia maya untuk mencari informasi, dibandingkan dunia nyata.
Lalu, di mana kita bisa mendapatkan literatur untuk mendukung penelitian?
Literatur penelitian bisa didapat melalui jurnal, buku, esai, berita, artikel, dan lain sebagainya. Untuk menghindari adanya kekeliruan dan kesalahpahaman, sumber-sumber tersebut haruslah diperhatikan dan dipastikan aspek kredibilitasnya. Bisa dipertanggungjawabkan ataukah tidak? Karena dari sumber-sumber tersebut lah kita akan membuat suatu konten yang akan disebarluaskan kepada masyarakat. Bagaimana jadinya jika suatu konten itu sesat? Wah, seram, ya!
Dari Riset Menjadi Konten
Setelah kita menemukan dan menelisik literatur, kini saatnya kita olah hal tersebut menjadi sebuah konten. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengolah riset menjadi konten, yaitu sebagai berikut,
1. Parafrase Kutipan
Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengubah narasi kutipan tanpa menyelewengkan maknanya. Kamu bisa mengotak-atik kata-katanya atau gunakan tools parafrase online di internet.
2. Jelaskan Pesan Utama Melalui Bukti
Untuk memperjelas maksud tulisan, kamu bisa gunakan bukti atau contoh nyata yang terjadi di sekitar kamu.
3. Buat Analogi Sederhana
Selain melalui bukti, kamu bisa membuat analogi sederhana untuk menjelaskan maksud kamu kepada pembaca. Unsur kesederhanaan ini ditekankan agar informasi yang disampaikan bisa mudah diterima dan dipahami oleh khalayak ramai.
Konten Seru Tanpa Rancu
Tiada hari tanpa konten menjadi gambaran keseharian kita di zaman digitalisasi ini. Maka dari itu, kita harus menggunakan keadaan ini untuk menyebarluaskan banyak manfaat. Jangan sampai dunia maya yang menjadi "tempat berselancar" semua elemen masyarakat hanya terpenuhi oleh hal-hal yang unfaedah. Berikut ini adalah tips untuk membuat konten di media sosial.
1. Tentukan Tujuan Konten
Konten yang disajikan harus memiliki tujuan yang jelas agar hal yang dibahas tidak ngalor ngidul.
2. Sampaikan Informasi Secara Singkat dan Padat
Untuk meminimalisir adanya kerancuan konten yang ada, maka sajikanlah informasi secara singkat dan padat, yaitu informasi yang sarat akan makna, tidak bertele-tele, dan dengan rangkaian kata yang lugas.
3. Gunakan Visual yang Menarik
Hal ini dimaksudkan agar penikmat konten bisa mengerti tujuan kamu dengan visualisasi yang sesuai dengan konten. Visual yang menarik juga dapat meminimalisir kebosanan yang timbul saat menikmati konten.
4. Buat Judul Konten yang Unik
Judul merupakan "wajah utama" dari sebuah konten. Maka dari itu, buatlah judul konten yang unik agar dilirik oleh masyarakat.
Nah, selain empat tips di atas, kamu juga bisa menerapkan penyusunan framework atau kerangka kerja sedetail mungkin agar konten yang akan ditampilkan di hadapan masyarakat adalah konten yang terarah dan tersampaikan maksudnya dengan baik.
Now, what?
Kamu bisa mencoba untuk mencari dan mencurahkan ide-ide kece di beberapa platform online, seperti Medium, Remotivi, Kumparan, dan Jurno.
Cobalah untuk membuat rancangan konten atau tulisan! Jangan takut untuk membuat draft konten yang jelek, karena tidak ada sesuatu di dunia ini yang langsung berwujud sempurna. Semua pasti melalui proses. Jadi, tuangkanlah idemu dan rencanakanlah perjalanan konten yang hebat!
"Draft pertama yang buruk, ketika ia ada, akan lebih baik dibandingkan tulisan yang sempurna tapi tidak pernah ada. Jadi, menulislah buruk dan kemudian editlah draft yang buruk itu menjadi lebih baik." -A.S Laksana
—--
Departemen Riset Kajian Budaya
BEM GAMA FIB Kabinet Pramoedya
Universitas Padjadjaran
2023
Comments